Minggu, 01 November 2015

PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN UNTUK MEMPERMUDAH SISWA BELAJAR MANDIRI SESUAI DENGAN KEMAMPUANYA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi yang diwujudkan melalui kegiatan penyampaian informasi kepada peserta didik. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya. Informasi tersebut biasanya dapat dikemas sebagai satu kesatuan yaitu bahan ajar. Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya bahan ajar akan  memungkinkan peserta didik mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga  mampu menguasai semua kompetensi secara menyeluruh.
Sistem belajar mandiri adalah cara belajar yang lebih menitik beratkan pada peran otonomi belajar peserta didik. Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan lebih besar kepada peserta didik tersebut. Peserta didik mendapatkan bantuan bimbingan dari guru/tutor atau orang lain, tapi bukan berarti harus bergantung kepada mereka.          
Sulitnya dalam menentukan model belajar yang tepat bagi peserta didik menjadi pemicu munculnya model pembelajaran dengan modul. Dalam pengembangannya tidak dapat sembarangan karena  harus dapat menerapkan konsep pemahaman dan penguasaan pengetahuan serta keterampilan. Dalam kegiatan belajar mandiri yang perlu adalah mengoptimalkan sumber belajar dengan tetap memberikan peluang otonomi yang lebih besar kepada peserta didik dalam mengendalikan kegiatan belajarnya. Peran guru/tutor bergeser peran yang bermula dari pemberi informasi menjadi fasilitator belajar yang menyediakan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan, merangsang semangat belajar, memberi peluang untuk menguji/mempraktikkan hasil belajar yang telah dilakukan, memberikan umpan balik tentang perkembangan belajar, dan membantu bahwa apa yang telah dipelajari akan berguna dalam kehidupannya di kemudian hari. Untuk itulah diperlukan modul sebagai sumber belajar dalam kegiatan belajar mandiri. Pengertian dari modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika peserta didik diberikan waktu dan kondisi belajar yang memadai maka akan dapat menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Kesuksesan belajar menggunakan modul itu tergantung pada kriteria dari peserta didik yang didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan dalam belajar, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk yang ada didalam modul.
            Berdasarkan uraian masalah di atas serta penjelasan solusinya maka penulis tertarik untuk mengangkat makalah yang berjudul “ Penngunaan Modul Pembelajaran Untuk Mempermudah Siswa Belajar Mandiri Sesuai Dengan Kemampuanya”







B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan  uraian latar belakang masalah di atas yang menjadi rumusan masalahnya adalah bagaimana penggunaan modul pembelajaran dapat mempermudah siswa belajar secara mandiri.
C.     Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manfaat penggunan modul pembelajaran di sekolah serta perannya dalam membantu siswa belajar mandiri.
D.    Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini
1.      Sebagai masukan bagi guru/calon guru dalam pemanfaatan modul pembelajaran di sekolah
2.      Bagi pembaca sebagai bahan acuan dalam pemanfaatan modul pembelajaran di sekolah.






BAB II
PEMBAHASAN
                                            A.        Pengertian modul pembelajaran
Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sisematis dan menarik yang mencakup isi materi,metode dan evaluasi yang dapat di gunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010). Menurut Goldschmid, modul pembelajaran sebagai sejenis satuan kegiatan belajar terencana, di desain guna membantu siswa menyelesaikan tujuan tujuan tertentu. Modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar (wijaya, 1998:128) sedangkan vembrianto (1987:20), menyatakan bahwa suatu modul pembelajaran adalah suatu paket pengajaran yang memuat suatu unit konsep dari pada bahaan pelajaran. pengajaran modul merupakan usaha penyelenggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai suatu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya
Berdasarkan pengertian modul di atas maka dapat di simpulkan bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar yang di kemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk di pelajari.
                        1.kelemahan pembelajaran dengan menggunakan modul
Belajar dengan menggunakan modul juga sering di sebut dengan belajar mandiri.menurut suparman (1993:197),menyatakan bentuk kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan kekurangan sebagia berikut:
a.       biaya pengembangan tnggi dan waktu yang di butuhkan lama.
b.      membutuhkan disiplin belajaar yang tinggi yang mungkin kurang di miliki siswa
c.       membutuhkan ketekunan yang lebih inggi dai fasilitator untuk terus menerus memantau proses belajar siswa, memberi motifasi dan konsultasi secara individu apabila di butuhkan.
berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat di simpulkan bawa dalam pembelajaran menggunakan modul juga memiliki beberapa kelemahan yang mendasar yaitu memerlukan biaya yang cukup besar serta memerlukan waktu yang lama untuk pengadaan atau pengembangan modul itu sendiri dan membutukan ketekunan tinggi dari guru sebagai fasilitator untuk terus memantau proses belajar siswa.
                        2.kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul
Belajar dengan menggunakan modul sangat banyak manfaatnya, siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran dengan modul sangat menghargai perbedaan individu sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuanya maka pembelajaran semangkin efektif dan efisien
Tjipto (1991:72), mengungkapkan beberapa keuntungan yang di peroleh jika belajar dengan menggunakan modul, antara lain:
a.       motivasi siswa di pertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas pelajaran di batasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuanya
b.      sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil
c.       siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuanya
d.      beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester
e.       pendidikan lebih berdaya guna
modul sebagai saran kegiatan belajar mengajar memliki beberapa tujuan dalam penyusunanya. Secara lengkap tujuan penyusunan modul sebagai berikut:
a.       memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu verbal
b.      mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indra baik baagi peserta belajar maupun guru
c.       dapat digunakan secara tepat dan bervariasi seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar, mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber sumber belajar lainya yang memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya
d.      memungkinkan peserta didik mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya

                                             B.        Konsep Belajar Mandiri
Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri (Panen, 1997). Belajar mandiri bukan merupakan usaha untuk mengasingkan siswa/peserta didik dari teman belajarnya dan dari guru/instrukturnya. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media visual dan audio. Kalau mendapat kesulitan, barulah siswa/peserta didik akan bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur, atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya.
Tugas guru/instruktur dalam proses belajar mandiri ialah menjadi fasilitator, menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada siswa/peserta didik bila diperlukan. Terutama, bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan siswa/peserta didik sendiri.
Teman dalam proses belajar mandiri itu sangat penting. Kalau menghadapi kesulitan, siswa/peserta didik sering kali lebih mudah atau lebih berani bertanya kepada teman dari pada bertanya kepada guru/instruktur. Teman sangat penting karena dapat menjadi mitra dalam belajar bersama dan berdiskusi. Di samping, itu teman dapat dijadikan alat untuk mengukur kemampuannya. Dengan berdiskusi bersama teman, siswa/peserta didik akan mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan kemampuan temannya. Bila siswa/peserta didik merasa kemampuannya masih kurang dibandingkan dengan kemampuan temannya, ia akan terdorong untuk belajar lebih giat. Bila kemampuannya dirasakan sudah melebihi kemampuan temannya, ia akan terdorong untuk mempelajari topik atau bahasan lain dengan lebih bersemangat. Bila menghadapi kesulitan dalam memahami isi pelajaran tertentu, siswa/peserta didik seringkali merasa bahwa dirinya bodoh dan karenanya menjadi putus asa. Tetapi kalau mengetahui bahwa teman-temannya juga mengalami kesulitan yang sama, perasaan di atas dapat dihilangkan dan karenanya tidak menjadi mudah putus asa.
                                             C.        Pengembangan Sistem Belajar Mandidri
Sistem adalah perpaduan antara sejumlah komponen yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri, namun saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan bersama, dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri.  Kesalahpengertian tersebut terjadi. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif , dengan ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar.
Dalam pelaksanaannya, konsep dasar itu dikembangkan dengan menggunakan rambu-rambu sebagai berikut:
1.      Adanya pilihan materi ajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta dalam beraneka bentuk
2.      Pengaturan waktu belajar yang luwes, sesuai dengan kondisi masing-masing peserta didik
3.      Kemajuan belajar yang dipantau oleh berbagai pihak yang dapat dilakukan kapan saja peserta didik telah siap
4.      Lokasi belajar yang dipilih/ditentukan sendiri oleh peserta didik.
5.      Dilakukannya diagnosis kemampuan awal dan kebutuhan serta remediasi bila kemampuan itu kurang atau pengecualian bila kemampuannya sudah dikuasai.
6.      Evaluasi hasil belajar, dengan berbagai cara dan bentuk seperti tes penguasaan, pembuatan portofolio, dsb
7.      Pilihan berbagai bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta didik maupun pelajaran.
Sistem belajar mandiri (SBM) sebagai suatu sistem dapat dipandang sebagi suatustruktur,proses,maupun produk.Sebagai suatu struktur: adanya suatu susunan dengan hierarki(tingkatan) tertentu Sebagai proses: adanya tata cara atau prosedur yang runtutSebagai produk: adanya hasil atau wujud yang bermanfaat






BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

                   A. Kesimpulan
Pengguanaan modul pembelajaran di sekolah dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran terutama belajar secara mandiri. Karean modul memiliki kelebihan kelebihan jika di bandingkan dengan bahan ajar yang lain. Manfaat penggunaan modul tentu akan dapat di rasakan langsung oleh pendidik maupun peserta didik, bagi peserta didik memungkinkan mereka belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuanya.
                        B. Saran
Di harapkan para guru mampu menggunakan bahan ajar yng lebih bervariasi termsuk menggunakan modul pembelajaran dan juga adanya pengembangan modul pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran di sekolah










DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori
UPI. Bandung.
Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruktional. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryaningsih, Nunik Setiyo. 2010. Pengembangan media cetak modul sebagai media
pembelajaran mandiri pada mata pelajaran teknologi Informasi dan Komunikasi
Panen, P. & Sekarwinahyu. (1997). Belajar mandiri dalam mengajar di perguruan   tinggi. Program Applied Approach. Bagian 2. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Vembriarto, St. 1975. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta.